Download

Rabu, 12 September 2012

Watak, Naluri, Fitrah Manusia tentang Cinta


“Para Nabi tidak diutus untuk menanamkan kesadaran menyembah, tetapi mereka diutus untuk mengarahkan naluri alamiah tersebut ke jalan yang benar.”Muhsin Qira’ati 



Kamis, 06 September 2012

Refleksi Insan Pencinta: memilih cinta yang menerangiku dalam berjalan ditengah kegelapan


“Kenapa saya demikian cemburunya melihat seseorang yang menjadi kekasih saya itu akrab dengan lelaki lain, walaupun saya mengetahui lelaki itu adalah sahabat lamanya. Tak sebatas itu, saya perhatikan di acun facebook miliknya yang juga saya ketahui, ternyata dia sering asik cat dengan kawan-kawan laki-lakinya, walaupun saya ketahui juga pembicaraanya seputar hal-hal yang bersifat umum, seputar kegiatan oraganisasi, perkuliahan atau diskusi ilmiyah membahas pelajaran mata kuliah diperkuliahannya.

Renungan Sekuntum Pagi: MEMAHAMI PROSES, MENUJU SUKSES YANG SEJATI


K
alimat bijak  ini  berasal dari Albert Einstain, beliau mengatakan :“Dalam setiap kesulitan terdapat kesempatan ”. Sering pula kita mempersepsikan bahwa kesulitan yang mendera  dalam menempuh sebuah jalan menuju apa yang kita inginkan (jalan kesuksesan) menemui sebuah hambatan dan kebuntuan. Sehingga banyak dari mereka yang berguguran ditengah  jalan. 

Diibaratkan menaiki tangga untuk mencapai puncak tangga, haruslah menaiki anak tangga satu demi satu. Menaiki satu demi satu anak tangga itulah yang dimanakan proses, melangkah menuju. Namun ada kalanya untuk berproses sebahagian lebih   memilih jalur cepat dibandingkan yang lain.

KERAGAMAN POTENSI PEMBERIAN TUHAN


                                          

Tuhan  itu adil.  Memberikan potensi bagi manusia serupa  namun  bermacam-macam  dalam hal pengelolaan potensi. Misalnya potensi indara perasa semua orang sama, tapi berkata ketajaman penelolaannya bisa memilah mana makanan yang berkualias lezatnya dengan makanan yang biasa saja, rasa manis dari gula yang satu dengan yang lain sehingga muncul kualitas gula dengan mutu tinggi.

Bahkan dalam al Quran sendiri disebutkan, bahwa ada tiga potensi besar yang Allah berikan kepada setiap mausia, yaitu penghilatan, pendengaran dan hati.

Cinta Pemungut Daun, Mengharap Cintanya Kanjeng Nabi


Cinta Pemungut Daun,
Mengharap Cintanya Kanjeng Nabi
Disebuah kota di daerah Madura, ada  seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya dipasar, setelah berjalan cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke mesjid agung kota itu. Ia berwudhu, masuk mesjid, dan melakukan shalar zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar mesjid dan membungkuk-bungkuk dihalaman mesjid. Nenek itu mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman mesjid. Selembar demi selembar dikaisnya, tak ada satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halamnan mesjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringat membahsahi seluruh tubuhnya.
            Banyak pengunjung mesjid jatuh iba kepadanya. Suatu hari takmir mesjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan yang ada sebelum perempuan itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk ke mesjid. Usai shalat, ketika ia  ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satupun daun  terserak disitu. Ia kembali lagi ke mesjid dan menangis dengan keras.
            Ia mempertanyakan kenapa dedaunan itu sudah disapukan sebelum kedatangnya, orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepdanya.
            “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu. “Berikan kesempatan kepada ku untuk membersihkannya. Lanjutnya menjelaskan.
            Singkat kata nenek itu dibiarkan mengumpulkan kembali dedaunan itu seperti biasa. Seorang Kyai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan tua itu mengapa iaa begitu bersemangat mengumpulkan dedaunan itu. Perempuan itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat:
            Pertama, hanya Kyai yang mendengarkan kisahnya. Kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.  Sekarang nenek itu sudah meninggal, dan Anda bisa mendengarkan rahasia itu.
            “Saya ini perempuan bodoh, Pak Kyai. ” tuturnya. “Saya tahu, amal saya kecil  itu juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungki selamat pada hari akhirat tanpa syafaat kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun,” saya ucapkan satu shalawat kepada  Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin kanjeng nabi mmenjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membaca shalawat kepadanya.

Cinta Menentramkan Jiwa
Renungkanlah firman Allah berikut ini:

            Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (Kebesaran) Allah bagi hamba-hamba-Nya yang berpikir. (Qs Al-Rum[30]:21 )

            Cinta itu anugrah dari Allah, yang merupakan nikmat  bagi hamba-hamba-Nya. Kasih sayang merupaka bentuk lain dari cinta yang dihadirkan untuk mengikat hati dua insan suami dan istri. Di jelaskan diatas bahwa sepasang kekasih memadu kasih maka akan muncul ketentraman dari keduanya. Cinta dan kasih sayang itu tak terbatas sekalipun orang yang di cintainya telah tiada meninggalkan, namun kenangan kasihnya masih selalu teringat, itu sebabnya ada sebagian fakar yang mengatakan bahwa cinta dan kasih sayang tulus adalah sebuah jalan untuk membangun hubungan kuat dan erat dengan  yang lain sekalipun itu pada teman.
            Cintanya Nabi saw. Kepada istrinya Khadijah yang tak pernah mati.  Diriwayatkan bahwa Aisyah  berkata, “Bila mengingat Khadijat , Nabi selalu memuji dengan pujian yang indah.” Suatu hari ketika aku tidak dapat menahan rasa cemburu dan ku katakan ”tak ad yang lebih banyak kau katakan selain ujung bibir yang merah (Khadijah). Sesungguhnya Allah telah mengganti satu kebaikan denganmu. “ Maka Beliau bersabda, “Allah tidak menggantikan dirinya dengan satu kebaikan pun untuku. Dia-lah yang yang mengimaniku saat semua orang mengingkariku, mempercayaiku saat semua orang mendustakanku, melindungiku dengan hartanya saat semua orang memusuhi, dan Allah telah menganugrahi anaknya saat semua istriku tidak memberianak” (H.R Ahmad) [1]
            Aisyah berkata, “Bila menyembelih seekor kambing, Rasulullah selalu berkata, ‘kirimkanlah itu teman-teman Khadijah. Suatu saat aku membuat beliau marah saat Aku berkata,’Ah Khadijah! Rasulullah langsung berkata, Aku telah di anugrahi cintanya. ” (HR. Muslim). [2]


[1] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad. Yang saya kutip dalam buku Muhammad Ahmad Al Aththar, The Magic of Communication. Hal 67

[2] Diriwatatkan oelh Imam Muslim dalam kitab Fadha’il al- Shahabah, Bab Fadhilah Ummul al-Mukminin. Yang saya kutip dalam buku Muhammad Ahmad Al Aththar, The Magic of Communication. Hal 67

Aku Rindu Duhai kekasih Aung


Aku Rindu Duhai  Kekasih Agung

“Sungguh telah ada pada diri rasulullah suri tauladan yang  baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahamat) Allah dan kedatangan hari akhir  dan dia banya menyebut nama Allah.”[1]

“Tak ada yang menandingi  keanggunan prangaimu.
Dunia ini tercipta karna nur mu, betapa sungguh Tuhan  amat mencintaimu.
Ya Mustafa, kekasih Ilahi.

                Aku adalah serpihan kecil dari umatmu yang mencintaimu, yang merindu akan ketulusan cintamu, yang memuja keagungan akhlakmu. Duhai manifestasi Tuhan dijagad. Wahai kekasih Allah, sungguh walau aku belum sekalipun berjumpa dengan wajah anggunmu, tapi keriduaan ini amat dalam. Duhai junjungan, keselamatan dan kesejahtraan untukmu selamanya. Duhai al Maksum dengarlah ratapku ini.
Kalau kata Hadad Alwi, “Rindu ini tak tertahan lagi”. Itu karna rasa cinta yang amat dalam. Meresap kedalam hati, lelebur bersama aliran darah...
Telah banyak kitab yang bertumpuk-tumpuk dirak diperpustakaan. Sudah ratusan orang berilmu melelaah, mengkaji dan mendiskusikannya lalu kemudian menuliskan keanggungan akhlaknya. Namun tetap saja sosoknya yang menawan ini tak pernah bosan untuk diperbincangkan serta tetap mempesona dengan keagunagnya. Tak akan pernah habis keanggunan pribadinya untuk dipelajari.
Sehingga tetap menjadi kajian abdi sepanjang hayat. Pribadi yang  tinggi dan anggunan sosok nan mulia ini, ialah Nabi Muhammad saw. Yang dilahirkan dikota tandus  bernama Mekah yang disana terdapat peninggalan sakral, yaitu bangunan hitam persegi bernama ka’bah.
Saat masih belia, beliu tumbuh menjadi pemuda paling menonjol diantara teman sebayanya. Cerdas dan berbudi luhur dengan segala kecakapannya. Sikapnya yang mempesona dan kejujuran yang tak tertandingai membuatnya mendapat gelar al amin (yang terpercaya) yang mana sebelumnya belum ada satu pun orang yang berhak mennyandang gelar tersebut.
Seorang kekasih sejati, akanlah selalu indah dipandang dan senang untuk  dibincangkan. Tak pernah bosan disapa dan disebut-sebut.  Dengan demikian sosoknya yang suci, amat melekat dihati para pencintanya.
Sebuah syair yang saya tulis sendiri, untuk melukiskan betapa beliau sungguh melekat dalam hati ini. Sebuah syair, sengaja saya bingkiskan untuk kekasih Agung, yang nyata saya pun menjadi pencinta kekasih hati segenap umat ini.
Tatkala kemegahan duniawi dipertontonkan
Kesombongan dan kedurhakaan dipuja-puja
Harkat drajat manusia tak bernilai lagi
Bak hewann ternak yang diperjual belikan di pasar

Lalu  ia hadir, membawa cahaya
Memberi sejuk di tengah dahaga
Memberi napas ditenggah-tengah sesaknya hidup
Dialah junjunanku, kekesih illahi
Muhamad rosulullah al Mustafa..

Sosok  mulia, yang tiada setitik pun celah keburukan. Ia adalah insan paripurna. Ia adalah manifestasi illahi dimuka bumi, wakil illahi yang bertugas membenahi   akhlaq manusia yang kian terpuruk disebuah tanah yang memuja perbudakan dan berhala. Dalam sabdanya Ia menyatakan, “Aku ini diutus untuk menyempurnakan akhlaq.”
Manusia yang dipilih oleh Tuhan, haruslah ia adalah sosok yang sempurna dengan akhlak dan budi  yang agung, sumber inspirasi yang menjadi pokok segala rujukan. Segala tinggkahnya adalah magnet utama, yang menarik segala sesuatu.
Ya illahi, betapa agungnya sosok wakil-Mu.
Jika kekasih-Mu saja sebegitu agungnya, apalagi Engkau ya illahi, sumber segala keagungan dan kesempurnaan sejati.
***
                Pada mulanya Aku mendengar nama itu dari ibuku, ia sering bercerita tentang keagungan dan ketinggian akhlaknya. Saat aku masuk sekolah dinilah puji-pujian serta sholawatan tentang beliau selalu bergema, melalui nadoman-nadoman yang kami hapalkan bareng-bareng santri  lain. Kami makin mengenalnya saat didapati suatu pelajaran yang membahas secara khusus tentang beliau yaitu mata  pelajaran akhlak  lebih lanjut dalam sejarah perkembangan islam yang mana beliaulah yang menjadi sosok utamanya.
                saya terima pengertian itu dari sekolah agama setingkat sekolah dasar. Maka dari itu semua tumbuhlah kecintaan luar biasa terhadap sosoknya. Sosok idaman  seluruh umat, idola sepajang hayat.
                Segala tingkahnya, gerak-geriknya menjadi  hal yang perlu kita contoh, menjadi inspirasi untuk memwujudkan hidup dan kehidupan yang berkualitas.   
                Bagiku sendiri kini. Beliau menjadi inspirasi terbesar. Segala yang ku bangun bahkan yang ditulis ini adalah epek dari rasa takjub kepadanya serta senantiasa berupaya menjadi pengikutnya yang setia, walaupun aku dan beliau terpaut jarak dan waktu yang berabad-abad. Katanya cinta itu tak terbatas, sekalipun jarak, ruang dan waktu menjadi hal demikian.
                Akhirnya, segala kerinduan ini semoga menjadi nilai dan menebarkan pula pada kerinduan-kerinduan pada yang lain, pada keluarganya yang agung, para sahabatnya yang setia dan segenap umat yang tetap teguh pada ajarannya.
                 Semoga segala kebaikan terus menyebar kehati-hati mereka yang belum mengenalnya, kepada meraka yang selalu melecehkan nya dan ajarannya. Semoga Allah  Swt. memberikan hidayah kepada mereka sehingga mereka berbalik menjadi para pembelanya.
Ku titipkan salam lewat aingin,
Lewat beriak air bahkan kepada awan-awan putih.
Aku sering bicara kepada awan:
“Wahai awan, bukankah dulu kau yang meneduhinya saat ia sedang berhijrah,
kepanasan ditengah gurun yang kejam.
Ku kira, seandainya akupun menjadi awan tentu akan ku lakukan halnya serupa, menjadi peneduh saat ia kepanasan terik...
Wahai awan, sampaikanlah salam ku untuknya, mohonkanlah kepadanya kelak nanti aku ini dimasukkan kedalam jajaran kekasihnya.
Wahai ibu, yang mengajarkanku cinta. Katamu ia sangat mencintai kaum papa, pakir miskin, anak  yatim, para jopo...
Katamu jua ia itu sangat bersahaja dan ramah, dan jika ingin menjadi kekasihnya maka harus juga mengikuti apa yang ia cintai.
Wahai ibu, dengan segala kebaikan dan kebrkaahmu.
Doakanlah anakmu ini menjadi hawariyun-hawariyun untuknya dan ajarannya......
***


[1] QS. Al Ahzab : 21

ketulusan atas nama cinta.


1.     Ketulusan Atas Nama Cinta
 “Cinta tak akan memudar jika ketertarikan tidak memudar. Sehingga orang yang tidak  memelihara daya tariknya akan kehilangan secepat hilangnya daya tarik. Jatuh cinta itu mudah, sangat mudah sekali jika harus dibendingkan dengan  memelihara daya tarik  untuk tetap pantas dicintai. Tapi, orang yang  sering menuntut dicintai, juga sering lupa untuk menjadi pribadi yang menarik. Janganlah menuntut untuk dicintai tanpa menjadi pribadi yang pantas dicintai....

Keindahan belahan jiwamu, hanya seindah jiwamu. Semoga Tuhan memutuskan bahwa keindahan  jiwa Anda sudah menandai untuk segera ditemukan belan jiwa yang Anda rindukan itu.”  Mario Teguh- Loving you all as always.

            Kenapa saya awali pembahasan kali ini dengan ungkapan dari seorang super motivator, tentu saja karena ungkapan diatas ada korelasi dengan apa yang menjadi tema bahasan kali ini yang berkenaan dengan masalah cinta. Suatu tema bahasan yang cukup luas, yang dari dahulu kala sampai sekarang  menjadi sumber inpirsai bagi segenap umat manusia.  Namun tentu saja bahasan kali ini akan dibatasi dengan sendirinya oleh keterbatsan penulis itu sendiri. Maka dari itu sebelum semua keterbatasan itu terlihat dengan jelas, kiranya untaian maaf atas keterbatasan ini tak akan pernah surut untuk disamapaikan bahwa hamba inilah yang terbatas ini. Semoga dengan ini semua dapatlah semakin memperjelas bahwa selain-Nya adalah ketidak sempurnaan, terbatas, hancur dan Dialah yang hakiki cintanya. Oleh karnanya sudah selayaknya yang tidak sempurna berlindung pada yang sejati sempurna-Nya, yakni Allah Penguasa Tunggal jagad ini yang cinta-Nya menjadi sumber bagi cinta-cinta yang lain.
            Nabi pencinta bersabda, “Tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang memiliki kasih sayang!” seorang sahabat bertanya,” dan Kami orang yang   memiliki kasih sayang ya rasulullah?” Rasulullah melanjutkankan sabdanya, “Bukan dalam makna seseorang dari kamu  menyayangi seorang sahabatnya yang lain. Sesungguhnya rahmat Allah itu diperuntukan bagi orang yang mengasihi seluruh umat manusia.” Mencintai tanpa sekat, tak memandang suku, bahasa, warana kulit, agama, atau golongan semuanya sama sebagai manusia yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, seperti beliaulah (Nabi Muhammad saw.) yang telah melayani semua umatnya karena cinta yang tak pernah surut kepada manusia dan kemanusiaan.[1] Cinta adalah melayani, memberi apa yang terbaik bagi yang dicinta itu demikian yang diutarakan Eric Fromm dalam the Art of loving.  Cinta itu kesadaran. Memberi, melayani tanpa berpikir atau mengharapkan imbalan. Cinta memiliki mata, akan memandang bahagia apabila yang dicintai merasa bahagia dengan layanan dan pemberiannya. Itulah yang dikatakan cinta menghadirkan kebahagiaan.
            Dalam mitologi sunda, kita diajarkan tentang seorang tokoh fiktif yang salah kaprah memhami cinta. Dialah sangkuriang   yang mencintai ibunya dan kemudian hendak memperistri ibunya sendiri. Seorang anak bagaimanapun dia, tentu memiliki ikatan batin dengan ibunya sendiri. Seorang anak tak mengenali ibunya sesuatu yang muskil.   Suatu sikap yang terjebak mencintai diri sendiri secara berlebihan. Ketika cinta tertutup dengan kacamata kuda, wanita lain tak pernah tanpak cantik, yang diburu hanyalah cinta sendiri, bahkan ibunya. Cinta yang salah kaprah akan menutup diri yang berlebihan dari cinta-cinta yang lain, tak mau belajar kepada yang lain. Padahal seperti yang diutarakan kang Dedi, inti cinta adalah mengarahkan  mata keluar diri, menenukan keindahan, seraya memperindah diri agar keindahan luar yang ditemukan itu setara dengan keindahan yang kita miliki. Ketika keduanya menyatu, seperti besi dan magnet.

Refleksi Kekuatan Cinta        
            Seorang filosof bernama Humberto Maturana, menyatakan bahwa cinta menebarkan visi, cinta menumbuhkan kreatifitas, dan cinta meluaskan kreatifitas. Cinta membuat orang meiliki bayangan masa depannya sendiri, sekaligus membuat seseorang kreatif dan penuh kecerdasan. Kita semua lahir karna cinta. Semua yang kita inginkan selainnya, akan terasa hambar tak bernilai dan hilang makna jika tiada cinta yang melandasinya. Kekayaan, kekuasaan, kemasyhuran, setrapun kesuksesan menjadi kering tanpanya.
            Tidak ada kesulitan yang tidak bisa disembuhkan oleh cinta, tak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan cinta. Tak ada pintu yang bisa dibuka oleh cinta, dan tak ada jarak yang terjembatani oleh cinta, dan tak ada dinding yang dapat diruntuhkan oleh cinta. Dengan energi cintalah pasukan yang kecil bisa mengalahkan bala tentara yang besar, seperti saat tentara Thalut mengalahkan tentara Jalut yang terkenal kuat.
            Dengan cinta  yang begitu besar kepada kanjeng Nabi Muhammad seorang nenek di Madura dengan tekunnya memunguti dedaunan yang berserakan di depan mesjid sambil berbungkuk-bungkuk. “Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu shalawat kepada Rasulullah.” Ungkapan tulus nenek itu. Dengan cintalah Paul Phoeleros dan Istrinya Sandar Meihubers[2] berhasil memperbaiki 5000 kamar mandi dirumah-rumah  suku Aborigin sejak tahun 1985. Atas kerja kerasnya itulah Paul dan istrinya mendapatkan penghargaan Vissiliss Sgoutas Prize perdana dari The International Anion of Architects sebagai penghargaan ats perjuangannya memberantas kemiskinanan.
            Bahkan dari cinta akan muncullah kreatifitas tinggi seperti yang dilakukan seorang pemuda yang memiliki ibu seorang penenun, dialah oleh Toyoda  pemuda dari Jepang. Menenun adalah menyatukan benang-benang yang awalnya berpisah, dengan ketekunan dan kehati-hatian benang-benang itu disatu sehingga menjadi selembar kain yang indah. Pada awalnya ia melihat ibunya yang tua dan mengalami nasib tragis, mendapatkan kesia-siaan gara-gara selembar benang yang putus. Dia merasa sedih  setiap kali ibunya membuang hasil kerjanya seharian hanya gara-gara ada selembar benang yang putus di kain yang sudah jadi itu. Maka semenjak itu ia bercita-cita ingin membuat mesin tenun yang lebih baik. Dengan keahliannya dalam urusan kayu mulailah ia merancang prototype dan membuat model percobaan, sehingga dengan kreatifitasnya jadilah sebuah mesin tenun yang bisa memudahkan ibunya dan kaum wanita yang lain dalam bekerja.


[1] Dedi Mulyadi, Mengayuh Negeri Dengan Cinta. Hal 23
[2]  Paul Phoeleros dan Istrinya Sandar Meihubers adalah seorang arsitek dan istrinya seorang dokter gigi. Paul adalah salah satu pendiri Healtehabitat, suatu organisasi yang didedikasikan untuk kesehatan lingkungan hidup.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More