Download

Sabtu, 23 Februari 2013

Soichiro Honda, Sang Penguasa Jalan


 
kisah Soichiro Honda kecil
Amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada kendaraan bermerek Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merek kendaran ini memang selalu menyesaki padatnya lalu lintas. Karena itu barangkali memang layak disebut sebagai raja jalanan. Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri kerajaan bisnis Honda, Soichiro Honda,selalu diliputi kegagalan saat menjalani kehidupannya sejak kecil hingga berbuah lahirnya imperium bisnis mendunia itu. Dia bahkan tidak pernah bisa menyandang gelar insinyur.
 Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru.

Saat merintis bisnisnya, Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah.

Namun, ia terus bermimpi dan bermimpi. Dan, impian itu
akhirnya terjelma dengan bekal ketekunan dan kerja keras. ''Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya di sekitar mesin, motor dan sepeda,'' tutur Soichiro,yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo. Akibat mengidap lever. Kecintaannya kepada mesin, jelas diwarisi dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah. Di kawasan inilah dia lahir. Kala itu, Ia (soichiro Honda)  sering bermain di
bengkel milik ayahnya dan ayahnya selalu memberi catut (kakak tua) untuk mencabut paku.

Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Disitu, lelaki kelahiran 17 November 1906 ini dapat berdiam diri berjam-jam. Tak seperti kawan sebayanya kala itu yang lebih banyak menghabiskan waktu bermain penuh suka cita. Dia memang menunjukan keunikan sejak awal. Seperti misalnya kegiatan nekad yang dipilihnya pada usia 8 tahun, dengan bersepeda sejauh 10 mil. Itu dilakukan hanya karena ingin menyaksikan pesawat terbang. Bersepada memang menjadi salah satu hobinya kala kanak-kanak.

Dan buahnya, ketika 12 tahun, Soichiro Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Sampai saat itu,dibenaknya belum muncul impian menjadi usahawan otomotif Karena dia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya selalu rendah diri.

Kegigihan Soichiro Honda
“Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya”, Soichiro Honda. Ya, itu adalah sebuah petikan kalimat yang pernah dikatakan oleh Soichiro Honda yang adalah pendiri dari Honda Coorporation, yang menghasilkan produk-produk yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Mulai dari motor, mobil, robot, dan mesin-mesin lainnya. Tak heran, jika Soichiro Honda mengatakan kalimat seperti itu. Karena, semua keberhasilannya sekarang ini, bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Tapi semuanya berasal dari jerih payahnya, serta kerja kerasnya untuk menjadikannya dirinya seperti sekarang ini. Pria kelahiran 17 November 1906 ini, berasal dari keluarga miskin yang berkecimpung di bengkel. Ya, ayah dari Soichiro Honda adalah pengusaha bengkel kecil. Oleh karena itu, pria yang tidak memakan pendidikan formal ini, selalu membantu ayahnya dalam memperbaiki mesin-mesin yang masuk bengkel ayahnya tersebut.

Kecintaannya pada mesin, membuat dirinya sangat betah untuk berjam-jam berkutat dengan mesin-mesin yang ada. Karena kegemarannya itu juga, pada usia 12 tahun, ia sudah mampu membuat sepeda pancal dengan model rem kaki. Melihat kemahiran anaknya tersebut, sang ayah mengirimkan Soichiro kepada rekannya yang memiliki perusahaan Art Shokai Company. Pada awalnya, Soichiro diperkerjakan sebagai pengasuh bayi. Namun, pada suatu waktu, perusahaan Art Shokai tersebut sedang kekurangan pegawai, sehingga Soichiro diminta bantuannya dalam membantu perusahaannya tersebut, yang berkecimpung di dunia mesin tentunya. Melihat potensi dari Soichiro, pemilik perusahaan tersebut, Kashibawara, mulai memperkerjakan Soichiro Honda di bengkelnya tersebut. Dari sinilah, Soichiro mulai memperdalam pengetahuannya mengenai mesin-mesin.  Setelah 6 tahun bekerja di sana, bosnya memiliki ide untuk membuka cabang Art Shokai di Hamamatsu. Dan Soichiro mulai bekerja di sana. Di Hamamatsu, prestasinya dibilang cukup baik. Karena ia dapat membetulkan  beberapa mesin yang sudah di tolak oleh bengkel lain.

Kreatifitas dari Soichiro mulai berkembang. Pada zaman itu, jari-jari sebuah roda terbuat dari kayu. Dia berpikir, bahwa kayu tidak bagus untuk menahan redaman. Oleh karena itu, Soichiro mulai membuat jari-jari roda dari logam. Kemudian, hasil karyanya tersebut laku keras hingga ke seluruh dunia. Prestasinya pun terus berkembang. Hal ini, membuat Soichiro berpikir untuk melepaskan diri dari bosnya tersebut dan berniat membuka bengkel sendiri.

Untuk itu, ia mulai berpikir untuk memfokuskan diri pada Ring Piston. Saat itu, ia memulai bengkelnya sendiri dan berfokus pada Ring Piston. Kemudian pada 1938, ring piston buatannya tersebut ia tawarkan pada Toyota. Namun, ternyata hasil kerjanya tersebut ditolak oleh pihak Toyota. Ring Piston buatan bengkelnya dinilai tidak memenuhi standar. Karena ring piston buatannya itu, tidak lentur, dan akhirnya tidak laku dijual. Dari sinilah kejatuhan Soichiro Honda mulai terjadi. Banyak teman-temannya yang menyesalkan dirinya yang keluar dari bengkel yang lama. Hal ini, cukup untuk membuat Soichiro Honda jatuh sakit selama 2 bulan.
Setelah pulih dari sakitnya tersebut, ia kembali mengutak atik ring pistonnya tersebut untuk memperbaikinya. Namun, solusinya pun belum ditemukannya. Akhirnya Soichiro memutuskan untuk kuliah di bagian mesin untuk mencari jawabannya. Setelah menemukan jawabannya, akhirnya Soichiro Honda dapat menghasilkan ring piston yang baik. Kemudian ia menawarkan kembali kepada Toyota. Dan kemudian Toyota menerimanya dan memberikan kontrak padanya.

Saat itu, Soichiro Honda berniat mendirikan pabrik, namun, kemalangan ternyata masih betah bernaung pada dirinya. Saat itu Jepang tengah bersiap untuk perang, sehingga, tidak memberikannya dana. Akhirnya dengan susah payah, Soichiro mengumpulkan modalnya sendiri untuk mendirikan pabriknya. Setelah pabriknya tersebut berdiri, ternyata lagi-lagi kemalangan mendatangi pria yang gemar balapan ini. Akibat perang yang ada, akhirnya pabriknya terbakar. Tidak hanya sekali, namun dua kali terbakar. Namun, bukan Soichiro Honda namanya kalau ia menyerah dengan keadaan yang ada. Kemudian ia bersama karyawannya mengumpulkan bahan-bahan yang tersisa bekas perang untuk mendirikan pabriknya lagi.

Dan, lagi-lagi nasib malang yang menghampiri. Gempa bumi yang cukup besar, datang dan menghancurkan pabriknya tersebut.  Setelah itu, akhirnya ia menjual pabrik Ring Pistonnya tersebut ke Toyota. Kemudian Soichiro kembali berusaha untuk membuka usaha lain, namun semuanya gagal. Sampai pada akhirnya tahun 1947, Jepang dilanda kemiskinan.
Lagi-lagi, berkat temannya yang memberikannya 500 mesin pemancar radio bekas, otak dari Soichiro Honda berputar. Dan ia pun membuat motor kecil yang dirakitnya pada sepeda. Dan hal inilah yang merupakan cikal bakal dari “sepeda motor” buatan Honda. Motor buatan Honda tersebut adalah motor 2 tak dengan 98cc dan kecepatan maksimal 50km/jam. Dari sinilah, keberuntungan mulai menaungi dirinya. Motornya laku dipasaran. Dan Soichiro Honda pun mendirikan pabrik motornya, dan mulai mengembangkan motor dan mobil. Dan hingga sekarang produknya bisa dibilang sebagai “Raja” jalanan.[]

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More