Download

Kamis, 06 September 2012

Cinta Pemungut Daun, Mengharap Cintanya Kanjeng Nabi


Cinta Pemungut Daun,
Mengharap Cintanya Kanjeng Nabi
Disebuah kota di daerah Madura, ada  seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya dipasar, setelah berjalan cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke mesjid agung kota itu. Ia berwudhu, masuk mesjid, dan melakukan shalar zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar mesjid dan membungkuk-bungkuk dihalaman mesjid. Nenek itu mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman mesjid. Selembar demi selembar dikaisnya, tak ada satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halamnan mesjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringat membahsahi seluruh tubuhnya.
            Banyak pengunjung mesjid jatuh iba kepadanya. Suatu hari takmir mesjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan yang ada sebelum perempuan itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk ke mesjid. Usai shalat, ketika ia  ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satupun daun  terserak disitu. Ia kembali lagi ke mesjid dan menangis dengan keras.
            Ia mempertanyakan kenapa dedaunan itu sudah disapukan sebelum kedatangnya, orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepdanya.
            “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu. “Berikan kesempatan kepada ku untuk membersihkannya. Lanjutnya menjelaskan.
            Singkat kata nenek itu dibiarkan mengumpulkan kembali dedaunan itu seperti biasa. Seorang Kyai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan tua itu mengapa iaa begitu bersemangat mengumpulkan dedaunan itu. Perempuan itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat:
            Pertama, hanya Kyai yang mendengarkan kisahnya. Kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.  Sekarang nenek itu sudah meninggal, dan Anda bisa mendengarkan rahasia itu.
            “Saya ini perempuan bodoh, Pak Kyai. ” tuturnya. “Saya tahu, amal saya kecil  itu juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungki selamat pada hari akhirat tanpa syafaat kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun,” saya ucapkan satu shalawat kepada  Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin kanjeng nabi mmenjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membaca shalawat kepadanya.

Cinta Menentramkan Jiwa
Renungkanlah firman Allah berikut ini:

            Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (Kebesaran) Allah bagi hamba-hamba-Nya yang berpikir. (Qs Al-Rum[30]:21 )

            Cinta itu anugrah dari Allah, yang merupakan nikmat  bagi hamba-hamba-Nya. Kasih sayang merupaka bentuk lain dari cinta yang dihadirkan untuk mengikat hati dua insan suami dan istri. Di jelaskan diatas bahwa sepasang kekasih memadu kasih maka akan muncul ketentraman dari keduanya. Cinta dan kasih sayang itu tak terbatas sekalipun orang yang di cintainya telah tiada meninggalkan, namun kenangan kasihnya masih selalu teringat, itu sebabnya ada sebagian fakar yang mengatakan bahwa cinta dan kasih sayang tulus adalah sebuah jalan untuk membangun hubungan kuat dan erat dengan  yang lain sekalipun itu pada teman.
            Cintanya Nabi saw. Kepada istrinya Khadijah yang tak pernah mati.  Diriwayatkan bahwa Aisyah  berkata, “Bila mengingat Khadijat , Nabi selalu memuji dengan pujian yang indah.” Suatu hari ketika aku tidak dapat menahan rasa cemburu dan ku katakan ”tak ad yang lebih banyak kau katakan selain ujung bibir yang merah (Khadijah). Sesungguhnya Allah telah mengganti satu kebaikan denganmu. “ Maka Beliau bersabda, “Allah tidak menggantikan dirinya dengan satu kebaikan pun untuku. Dia-lah yang yang mengimaniku saat semua orang mengingkariku, mempercayaiku saat semua orang mendustakanku, melindungiku dengan hartanya saat semua orang memusuhi, dan Allah telah menganugrahi anaknya saat semua istriku tidak memberianak” (H.R Ahmad) [1]
            Aisyah berkata, “Bila menyembelih seekor kambing, Rasulullah selalu berkata, ‘kirimkanlah itu teman-teman Khadijah. Suatu saat aku membuat beliau marah saat Aku berkata,’Ah Khadijah! Rasulullah langsung berkata, Aku telah di anugrahi cintanya. ” (HR. Muslim). [2]


[1] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad. Yang saya kutip dalam buku Muhammad Ahmad Al Aththar, The Magic of Communication. Hal 67

[2] Diriwatatkan oelh Imam Muslim dalam kitab Fadha’il al- Shahabah, Bab Fadhilah Ummul al-Mukminin. Yang saya kutip dalam buku Muhammad Ahmad Al Aththar, The Magic of Communication. Hal 67

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More