Download

Kamis, 06 September 2012

ketulusan atas nama cinta.


1.     Ketulusan Atas Nama Cinta
 “Cinta tak akan memudar jika ketertarikan tidak memudar. Sehingga orang yang tidak  memelihara daya tariknya akan kehilangan secepat hilangnya daya tarik. Jatuh cinta itu mudah, sangat mudah sekali jika harus dibendingkan dengan  memelihara daya tarik  untuk tetap pantas dicintai. Tapi, orang yang  sering menuntut dicintai, juga sering lupa untuk menjadi pribadi yang menarik. Janganlah menuntut untuk dicintai tanpa menjadi pribadi yang pantas dicintai....

Keindahan belahan jiwamu, hanya seindah jiwamu. Semoga Tuhan memutuskan bahwa keindahan  jiwa Anda sudah menandai untuk segera ditemukan belan jiwa yang Anda rindukan itu.”  Mario Teguh- Loving you all as always.

            Kenapa saya awali pembahasan kali ini dengan ungkapan dari seorang super motivator, tentu saja karena ungkapan diatas ada korelasi dengan apa yang menjadi tema bahasan kali ini yang berkenaan dengan masalah cinta. Suatu tema bahasan yang cukup luas, yang dari dahulu kala sampai sekarang  menjadi sumber inpirsai bagi segenap umat manusia.  Namun tentu saja bahasan kali ini akan dibatasi dengan sendirinya oleh keterbatsan penulis itu sendiri. Maka dari itu sebelum semua keterbatasan itu terlihat dengan jelas, kiranya untaian maaf atas keterbatasan ini tak akan pernah surut untuk disamapaikan bahwa hamba inilah yang terbatas ini. Semoga dengan ini semua dapatlah semakin memperjelas bahwa selain-Nya adalah ketidak sempurnaan, terbatas, hancur dan Dialah yang hakiki cintanya. Oleh karnanya sudah selayaknya yang tidak sempurna berlindung pada yang sejati sempurna-Nya, yakni Allah Penguasa Tunggal jagad ini yang cinta-Nya menjadi sumber bagi cinta-cinta yang lain.
            Nabi pencinta bersabda, “Tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang memiliki kasih sayang!” seorang sahabat bertanya,” dan Kami orang yang   memiliki kasih sayang ya rasulullah?” Rasulullah melanjutkankan sabdanya, “Bukan dalam makna seseorang dari kamu  menyayangi seorang sahabatnya yang lain. Sesungguhnya rahmat Allah itu diperuntukan bagi orang yang mengasihi seluruh umat manusia.” Mencintai tanpa sekat, tak memandang suku, bahasa, warana kulit, agama, atau golongan semuanya sama sebagai manusia yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, seperti beliaulah (Nabi Muhammad saw.) yang telah melayani semua umatnya karena cinta yang tak pernah surut kepada manusia dan kemanusiaan.[1] Cinta adalah melayani, memberi apa yang terbaik bagi yang dicinta itu demikian yang diutarakan Eric Fromm dalam the Art of loving.  Cinta itu kesadaran. Memberi, melayani tanpa berpikir atau mengharapkan imbalan. Cinta memiliki mata, akan memandang bahagia apabila yang dicintai merasa bahagia dengan layanan dan pemberiannya. Itulah yang dikatakan cinta menghadirkan kebahagiaan.
            Dalam mitologi sunda, kita diajarkan tentang seorang tokoh fiktif yang salah kaprah memhami cinta. Dialah sangkuriang   yang mencintai ibunya dan kemudian hendak memperistri ibunya sendiri. Seorang anak bagaimanapun dia, tentu memiliki ikatan batin dengan ibunya sendiri. Seorang anak tak mengenali ibunya sesuatu yang muskil.   Suatu sikap yang terjebak mencintai diri sendiri secara berlebihan. Ketika cinta tertutup dengan kacamata kuda, wanita lain tak pernah tanpak cantik, yang diburu hanyalah cinta sendiri, bahkan ibunya. Cinta yang salah kaprah akan menutup diri yang berlebihan dari cinta-cinta yang lain, tak mau belajar kepada yang lain. Padahal seperti yang diutarakan kang Dedi, inti cinta adalah mengarahkan  mata keluar diri, menenukan keindahan, seraya memperindah diri agar keindahan luar yang ditemukan itu setara dengan keindahan yang kita miliki. Ketika keduanya menyatu, seperti besi dan magnet.

Refleksi Kekuatan Cinta        
            Seorang filosof bernama Humberto Maturana, menyatakan bahwa cinta menebarkan visi, cinta menumbuhkan kreatifitas, dan cinta meluaskan kreatifitas. Cinta membuat orang meiliki bayangan masa depannya sendiri, sekaligus membuat seseorang kreatif dan penuh kecerdasan. Kita semua lahir karna cinta. Semua yang kita inginkan selainnya, akan terasa hambar tak bernilai dan hilang makna jika tiada cinta yang melandasinya. Kekayaan, kekuasaan, kemasyhuran, setrapun kesuksesan menjadi kering tanpanya.
            Tidak ada kesulitan yang tidak bisa disembuhkan oleh cinta, tak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan cinta. Tak ada pintu yang bisa dibuka oleh cinta, dan tak ada jarak yang terjembatani oleh cinta, dan tak ada dinding yang dapat diruntuhkan oleh cinta. Dengan energi cintalah pasukan yang kecil bisa mengalahkan bala tentara yang besar, seperti saat tentara Thalut mengalahkan tentara Jalut yang terkenal kuat.
            Dengan cinta  yang begitu besar kepada kanjeng Nabi Muhammad seorang nenek di Madura dengan tekunnya memunguti dedaunan yang berserakan di depan mesjid sambil berbungkuk-bungkuk. “Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu shalawat kepada Rasulullah.” Ungkapan tulus nenek itu. Dengan cintalah Paul Phoeleros dan Istrinya Sandar Meihubers[2] berhasil memperbaiki 5000 kamar mandi dirumah-rumah  suku Aborigin sejak tahun 1985. Atas kerja kerasnya itulah Paul dan istrinya mendapatkan penghargaan Vissiliss Sgoutas Prize perdana dari The International Anion of Architects sebagai penghargaan ats perjuangannya memberantas kemiskinanan.
            Bahkan dari cinta akan muncullah kreatifitas tinggi seperti yang dilakukan seorang pemuda yang memiliki ibu seorang penenun, dialah oleh Toyoda  pemuda dari Jepang. Menenun adalah menyatukan benang-benang yang awalnya berpisah, dengan ketekunan dan kehati-hatian benang-benang itu disatu sehingga menjadi selembar kain yang indah. Pada awalnya ia melihat ibunya yang tua dan mengalami nasib tragis, mendapatkan kesia-siaan gara-gara selembar benang yang putus. Dia merasa sedih  setiap kali ibunya membuang hasil kerjanya seharian hanya gara-gara ada selembar benang yang putus di kain yang sudah jadi itu. Maka semenjak itu ia bercita-cita ingin membuat mesin tenun yang lebih baik. Dengan keahliannya dalam urusan kayu mulailah ia merancang prototype dan membuat model percobaan, sehingga dengan kreatifitasnya jadilah sebuah mesin tenun yang bisa memudahkan ibunya dan kaum wanita yang lain dalam bekerja.


[1] Dedi Mulyadi, Mengayuh Negeri Dengan Cinta. Hal 23
[2]  Paul Phoeleros dan Istrinya Sandar Meihubers adalah seorang arsitek dan istrinya seorang dokter gigi. Paul adalah salah satu pendiri Healtehabitat, suatu organisasi yang didedikasikan untuk kesehatan lingkungan hidup.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More