1. Ketulusan Atas Nama Cinta
“Cinta
tak akan memudar jika ketertarikan tidak memudar. Sehingga orang yang
tidak memelihara daya tariknya akan
kehilangan secepat hilangnya daya tarik. Jatuh cinta itu mudah, sangat mudah
sekali jika harus dibendingkan dengan
memelihara daya tarik untuk tetap
pantas dicintai. Tapi, orang yang sering
menuntut dicintai, juga sering lupa untuk menjadi pribadi yang menarik.
Janganlah menuntut untuk dicintai tanpa menjadi pribadi yang pantas
dicintai....
Keindahan belahan jiwamu, hanya seindah
jiwamu. Semoga Tuhan memutuskan bahwa keindahan
jiwa Anda sudah menandai untuk segera ditemukan belan jiwa yang Anda
rindukan itu.” Mario Teguh- Loving
you all as always.
Kenapa
saya awali pembahasan kali ini dengan ungkapan dari seorang super motivator,
tentu saja karena ungkapan diatas ada korelasi dengan apa yang menjadi tema
bahasan kali ini yang berkenaan dengan masalah cinta. Suatu tema bahasan
yang cukup luas, yang dari dahulu kala sampai sekarang menjadi sumber inpirsai bagi segenap umat
manusia. Namun tentu saja bahasan kali
ini akan dibatasi dengan sendirinya oleh keterbatsan penulis itu sendiri. Maka
dari itu sebelum semua keterbatasan itu terlihat dengan jelas, kiranya untaian
maaf atas keterbatasan ini tak akan pernah surut untuk disamapaikan bahwa hamba
inilah yang terbatas ini. Semoga dengan ini semua dapatlah semakin memperjelas
bahwa selain-Nya adalah ketidak sempurnaan, terbatas, hancur dan Dialah yang
hakiki cintanya. Oleh karnanya sudah selayaknya yang tidak sempurna berlindung
pada yang sejati sempurna-Nya, yakni Allah Penguasa Tunggal jagad ini yang
cinta-Nya menjadi sumber bagi cinta-cinta yang lain.
Nabi
pencinta bersabda, “Tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang memiliki
kasih sayang!” seorang sahabat bertanya,” dan Kami orang yang memiliki kasih sayang ya rasulullah?”
Rasulullah melanjutkankan sabdanya, “Bukan dalam makna seseorang dari kamu menyayangi seorang sahabatnya yang lain.
Sesungguhnya rahmat Allah itu diperuntukan bagi orang yang mengasihi seluruh
umat manusia.” Mencintai tanpa sekat, tak memandang suku, bahasa, warana kulit,
agama, atau golongan semuanya sama sebagai manusia yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan,
seperti beliaulah (Nabi Muhammad saw.) yang telah melayani semua umatnya karena
cinta yang tak pernah surut kepada manusia dan kemanusiaan.[1] Cinta
adalah melayani, memberi apa yang terbaik bagi yang dicinta itu demikian yang
diutarakan Eric Fromm dalam the Art of loving. Cinta itu kesadaran. Memberi, melayani tanpa
berpikir atau mengharapkan imbalan. Cinta memiliki mata, akan memandang bahagia
apabila yang dicintai merasa bahagia dengan layanan dan pemberiannya. Itulah
yang dikatakan cinta menghadirkan kebahagiaan.
Dalam
mitologi sunda, kita diajarkan tentang seorang tokoh fiktif yang salah kaprah
memhami cinta. Dialah sangkuriang yang
mencintai ibunya dan kemudian hendak memperistri ibunya sendiri. Seorang anak
bagaimanapun dia, tentu memiliki ikatan batin dengan ibunya sendiri. Seorang
anak tak mengenali ibunya sesuatu yang muskil.
Suatu sikap yang terjebak mencintai diri sendiri secara berlebihan.
Ketika cinta tertutup dengan kacamata kuda, wanita lain tak pernah tanpak
cantik, yang diburu hanyalah cinta sendiri, bahkan ibunya. Cinta yang salah
kaprah akan menutup diri yang berlebihan dari cinta-cinta yang lain, tak mau
belajar kepada yang lain. Padahal seperti yang diutarakan kang Dedi, inti cinta
adalah mengarahkan mata keluar diri,
menenukan keindahan, seraya memperindah diri agar keindahan luar yang ditemukan
itu setara dengan keindahan yang kita miliki. Ketika keduanya menyatu, seperti
besi dan magnet.
Refleksi Kekuatan Cinta
Seorang filosof bernama Humberto Maturana,
menyatakan bahwa cinta menebarkan visi, cinta menumbuhkan kreatifitas, dan
cinta meluaskan kreatifitas. Cinta membuat orang meiliki bayangan masa depannya
sendiri, sekaligus membuat seseorang kreatif dan penuh kecerdasan. Kita semua
lahir karna cinta. Semua yang kita inginkan selainnya, akan terasa hambar tak
bernilai dan hilang makna jika tiada cinta yang melandasinya. Kekayaan,
kekuasaan, kemasyhuran, setrapun kesuksesan menjadi kering tanpanya.
Tidak
ada kesulitan yang tidak bisa disembuhkan oleh cinta, tak ada penyakit
yang tidak bisa disembuhkan dengan cinta. Tak ada pintu yang bisa dibuka oleh
cinta, dan tak ada jarak yang terjembatani oleh cinta, dan tak ada dinding yang
dapat diruntuhkan oleh cinta. Dengan energi cintalah pasukan yang kecil bisa
mengalahkan bala tentara yang besar, seperti saat tentara Thalut mengalahkan
tentara Jalut yang terkenal kuat.
Dengan
cinta yang begitu besar kepada kanjeng
Nabi Muhammad seorang nenek di Madura dengan tekunnya memunguti dedaunan yang
berserakan di depan mesjid sambil berbungkuk-bungkuk. “Setiap kali saya
mengambil selembar daun, saya ucapkan satu shalawat kepada Rasulullah.” Ungkapan
tulus nenek itu. Dengan cintalah Paul Phoeleros dan Istrinya Sandar Meihubers[2] berhasil
memperbaiki 5000 kamar mandi dirumah-rumah suku Aborigin sejak tahun 1985. Atas kerja
kerasnya itulah Paul dan istrinya mendapatkan penghargaan Vissiliss Sgoutas
Prize perdana dari The International Anion of Architects sebagai
penghargaan ats perjuangannya memberantas kemiskinanan.
Bahkan
dari cinta akan muncullah kreatifitas tinggi seperti yang dilakukan seorang
pemuda yang memiliki ibu seorang penenun, dialah oleh Toyoda pemuda dari Jepang. Menenun adalah menyatukan
benang-benang yang awalnya berpisah, dengan ketekunan dan kehati-hatian
benang-benang itu disatu sehingga menjadi selembar kain yang indah. Pada
awalnya ia melihat ibunya yang tua dan mengalami nasib tragis, mendapatkan
kesia-siaan gara-gara selembar benang yang putus. Dia merasa sedih setiap kali ibunya membuang hasil kerjanya
seharian hanya gara-gara ada selembar benang yang putus di kain yang sudah jadi
itu. Maka semenjak itu ia bercita-cita ingin membuat mesin tenun yang lebih
baik. Dengan keahliannya dalam urusan kayu mulailah ia merancang prototype dan
membuat model percobaan, sehingga dengan kreatifitasnya jadilah sebuah mesin
tenun yang bisa memudahkan ibunya dan kaum wanita yang lain dalam bekerja.
0 komentar:
Posting Komentar