Download

Sabtu, 03 Agustus 2013

Citra KEPEMIMPINAN

Pada abad ketiga, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Zhao. Sang raja mengirim putra mahkotanya yang sudah beranjak dewasa untuk belajar kesebuah kuil di mana  seorang guru besar  yang bernama Pan ku . Pangeran itu bernama Chao Chan. Raja mengirimkan putranya dengan maksud mendidik untuk menjadi seorang pemimpin yang kelak akan menggantikan ayahnya sebagai raja.

Setelah tiba di kulil. Sang pangeran merasa aneh karena sang guru Pan Ko justru mengajaknya masuk kehutan, lalu meninggalkannya seorang diri dihutan itu. Di hutan itu terdapat sebuah gubuk  kecil yang sudah disediakan untuknya. “Tinggallah di sini anak muda dan belajarlah pada alam, satu bulan lagi aku akan datang menjemputmu, ” demikian kata guru Pan ku.

Satu bulan telah berlalu dan Guru Pan Ku datang menjenguk sang pangeran di tengah hutan, kemudian bertanya, “Katakanlah wahai pangeran selama satu bulan ini suara apa saja yang sudah kau dengar?”  Guru,” Pangeran menjawab,”Saya telah mendengar kokok ayam hutan, Jangkrik mengikik, lebah mendengung,  burung berkicau, serigala melolong….” Dan banyak sekali suara-suara yang disebutkan oleh Pangeran yang di dengarnya didalam hutan itu.
 
Usai Pangeran Chao Chan menjelaskan pengalamannya kepada guru Pan ku, lalu sang guru memerintahkannya lagi untuk tinggal di hutan lagi selama tiga hari lagi untuk memperhatikan suara apa lagi yang belum Ia dengar selain apa yang telah disebutkan . untuk kesekian kalinya sang Pangeran tidak mengertia apa yang diinginkan oleh sang gurunya itu, bukankah Ia telah menyebutkan banyak sekali suara-suara yang ia dengar. Lalu sang pangeran Chao chan termenung setiap hari sambil memikirkan suara apa sebenarnya yang di maksudkan oleh sang guru.

Tetapi, sekeras apapun ia meranung tetap saja pangeran tidak menemukan suara lain kecuali suara-suara yang telah ia dengar  selama ini. Pada hari ketiga Chao chan terbangun dari tidurnya kemudian duduk bersila di rerumputan kemudian bermeditasi. Dalam kesunyian itulah sayup-sayup Chao chan mendengar  suara yang benar-benar berbeda dari sebelumnya. Semakin lama semakin jelaas suara itu. Dan saat itulah Chao chan mendapatkan pencarahan. “Pasti suara itulah yang dimaksudakan oleh guru,” teriaknya di dalam hati.

Akhirnya tanpa menunggu sang Guru datang mengunjunginya, sang pangeran bergegas kembali ke kuil menemui sang guru serta melaporkan temuanya. “Guru” ujarnya. “Ketika saya buka  telinga dan hati lebar-lebar, saya dapat mendengar hal-hal yang tidak saya dengar, seperti suara  bunga mereka, suara matahari memanaskan bumi, dan suara rerumputan minum embun pagi.” Pan ku tersenyum lega  dan memanggut-manggut mengiyakan, lalu berkata “mampu mendengarkan suara yang tidak terdengar adalah pelajaran wajib yang penting untuk siapa pun yang ingin menjadi pemimpin yang baik.” Ia melajutkan, “karena setelah seorang mampu mendengar suara hati pengikutnya, mendengar suara yang tak terekspresikan, kesakitan yang tak terungkapkan, keluhan yang tak terucapkan, maka barulah seorang pemimpin akan paham betul apa yang salah dan niscaya akan mampu memenuhi kebutuhan yang sesungguhnya dari para pengikutnya.”

Tentunya setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya, untuk itu menuntun diri kepada arah yang baik menjadi harga mati yang harus ditunaikan bagi setiap pribadi. Dari kisah diatas mengilustrasikan  pentingnya memiliki kemampuan mendengar, hanya saja jika kekuatan dalam diri belum terkendali tentu mendengar adalah perkara yang sangat susah, seperti yang di atas bukan mendengar suara-suara yang sudah terbiasa didengar. Pangeran chao chan mendengar suara-suara itu dengan membuka hati dan telinganya lebar-lebar barulah terdengar suara itu. Begitupun kita, jika hati di buka lebar-lebar dan telinga digunakan untuk mendengar sebaik-baiknya, tentu suara-suara yang tak terdengar akan terdengar walaupun awalnya hanya sayup-sayup.
 
Hal demikianlah yang disebut kepekaan hati. Jika seorang pemimpin tidak memiliki kemampuan demikian maka selamanya ia tidak akan pernah menjadi pemimpin yang baik. Karana tak salamanya apa yang terlihat nampak, terdengar jelas itulah yang sesungguhnya.  

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More