Download

Jumat, 23 Agustus 2013

Membangun SPIRITUALITAS

Spiritualitas berarti dalam keadaan sadar, bangun serta jauh dari ilusi begitulah yang dikatakan oleh Anthony De Mello. Spiritualitas berarti menemukan barang tambang dalam diri Anda sendiri, sehingga spiritualitas tidaklah dibenarkan muncul dari rasa belas kasih dari setiap kejadian, benda ataupun orang.


Spritualitas adalah nyawa dalam jasad, lalu apa gunanya Anda memiliki dunia tetapi kehilangan nyawa? Tentu semuanya tidak akan ada gunanya jika nyawa telah tiada. Ada dua perasaan yang muncul dalam diri manusia, perasaan yang muncul dari spiritualitas dan perasan yang muncul dari aspek duniawi. Sekarang pikir dan rasakan saat berjalan dipinggir pantai disore hari sambil merasakan sunset dan terpaan angin yang menyisir rambut Anda sehingga Anda benar-benar merasakaan bersentuhan dengan alam. Lalu bandingkan dengan Anda dihargai, dihormati bahkan disambut dengan tepuk tangan saat memperoleh kesuksesan. Jenis perasaan yang pertama adalah perasaan yang timbul dari rohani dan yang kedua perasaan yang timbul dari duniawi.

Bayangkan apa perasaan yang Anda rasakan saat berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, memenangkan proyek bisnis atau memenangkan perlombaan debat yang menghantarkan Anda meraih sukses. Sementara ada juga perasaan yang muncul saat  melakukan pekerjaan yang Anda sukai, melakukan hobi Anda, perasaan demikian itu muncul dalam diri. Itulah perasaan rohani dan yang kedua duniawi.

Persaan duniawi tidaklah alami. Perasaan demikian  ditemukan dan dimunculkan oleh masyarakat Anda untuk secara tidak sadar mengendalikan anda. Perasaan demikian tidaklah membawa pada kebahagiaan melainkan kesenangan, kosong dan temporer. Sekarang pikirkanlah, pernahkan Anda melakukan sesuatu berdasarkan apa yang dipikirkan, dikatakan oleh orang lain tentang Anda. Langkah Anda dikendalikan bahkan Anda berbaris seirama dengan pukulan gendrang mereka.

Liat dan perhatikanlah sekeliling Anda, dan perhatikanlah apakah Anda orang yang bisa terbebas dari perasaan-perasaan demikian. Dan liatlah mereka yang terjebak pada persaan-perasaan duniawi dan lihatlah mereka yang mengikuti perasaan dalam dirinya, tanpa memperdulikan pandangan dan keinginan masyarakat, dia berjalan berdasarkan pada naruninya. Lalu parhatikan siapa yang lebih mendapatkan kekokohan dan kebahagiaan.
 
Ibarat sorang turis yang sedang mengadakan perjalanan kepadesaan, namun tirai kereta yang ditumpanginya tidak tertutup sehingga mereka tidak melihat apapun. Mereka terlalu siabuk untuk mengurusi siapa yang akan di hormati, mendapatkan kursi, hadiah. Siapa yang teladan, berbakat dan lain sebagainya. Semua itu berlangsung sepenjang perjalanan. Tentunya sang turis tersebut hanya mendapatka sesuatu yang diluar dari tujuanya mengadakan perjalanan tersebut. Demikian juga dengan manuisa, dan jika faham dengan contoh diatas niscaya kita akan terbebas dari kekosongan, kehampaan dan akan lebih mengetahui hakitat kehidupan dari spiritualitas. 



 Referensi gambar:

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More