Spiritualitas berarti dalam keadaan sadar, bangun serta
jauh dari ilusi begitulah yang dikatakan oleh Anthony De Mello. Spiritualitas
berarti menemukan barang tambang dalam diri Anda sendiri, sehingga
spiritualitas tidaklah dibenarkan muncul dari rasa belas kasih dari setiap
kejadian, benda ataupun orang.
Spritualitas
adalah nyawa dalam jasad, lalu apa gunanya Anda memiliki dunia tetapi
kehilangan nyawa? Tentu semuanya tidak akan ada gunanya jika nyawa telah tiada.
Ada dua perasaan yang muncul dalam diri manusia, perasaan yang muncul dari
spiritualitas dan perasan yang muncul dari aspek duniawi. Sekarang pikir dan
rasakan saat berjalan dipinggir pantai disore hari sambil merasakan sunset dan
terpaan angin yang menyisir rambut Anda sehingga Anda benar-benar merasakaan
bersentuhan dengan alam. Lalu bandingkan dengan Anda dihargai, dihormati bahkan
disambut dengan tepuk tangan saat memperoleh kesuksesan. Jenis perasaan yang
pertama adalah perasaan yang timbul dari rohani dan yang kedua perasaan yang
timbul dari duniawi.
Bayangkan
apa perasaan yang Anda rasakan saat berhasil menyelesaikan tugas dengan baik,
memenangkan proyek bisnis atau memenangkan perlombaan debat yang menghantarkan
Anda meraih sukses. Sementara ada juga perasaan yang muncul saat melakukan pekerjaan yang Anda sukai,
melakukan hobi Anda, perasaan demikian itu muncul dalam diri. Itulah perasaan
rohani dan yang kedua duniawi.
Persaan
duniawi tidaklah alami. Perasaan demikian
ditemukan dan dimunculkan oleh masyarakat Anda untuk secara tidak sadar
mengendalikan anda. Perasaan demikian tidaklah membawa pada kebahagiaan
melainkan kesenangan, kosong dan temporer. Sekarang pikirkanlah, pernahkan Anda
melakukan sesuatu berdasarkan apa yang dipikirkan, dikatakan oleh orang lain
tentang Anda. Langkah Anda dikendalikan bahkan Anda berbaris seirama dengan
pukulan gendrang mereka.
Ibarat sorang turis yang sedang mengadakan perjalanan
kepadesaan, namun tirai kereta yang ditumpanginya tidak tertutup sehingga
mereka tidak melihat apapun. Mereka terlalu siabuk untuk mengurusi siapa yang
akan di hormati, mendapatkan kursi, hadiah. Siapa yang teladan, berbakat dan
lain sebagainya. Semua itu berlangsung sepenjang perjalanan. Tentunya sang
turis tersebut hanya mendapatka sesuatu yang diluar dari tujuanya mengadakan
perjalanan tersebut. Demikian juga dengan manuisa, dan jika faham dengan contoh
diatas niscaya kita akan terbebas dari kekosongan, kehampaan dan akan lebih
mengetahui hakitat kehidupan dari spiritualitas.
Referensi gambar:
0 komentar:
Posting Komentar