Seorang raja menderita
penyakit yang mengerikan. Sangat mengerikan. Beberapa tabib terkenal sepakat
memutuskan bahwa penyakitnya hanya akan sembuh bila raja makan empedu orang
dengan syarat-syarat tertentu. Raja memerintahkan agar orang tersebut dicari
keseluruh penjuru negeri. Seorang anak petani dengan ciri-ciri yang telah
disebutkan oleh tabib tersebut akhirnya ditemukan. Raja memberi anugrah yang
melimpah kepada kedua orang tuanya sehingga mereka senang anaknya menjadi
korban. Jaksa Agung memutuskan boleh menumpahkan darah rakayat untuk
menyelamatkan nyawa raja. Dan algojo siap memotong kepalanya.
Tiba-tiba pemuda itu
mendongkak keatas adan tersenyum. Raja yang keheranan kemudian bertanya, “Dalam
keadaan seperti ini kamu masih bisa tertawa?” Anak muda itu menjawab, “ayah dan
bunda mestinya menjaga dan merawat anak-anaknya, jaksa agung mestinya tempat
menyampaikan pengaduan, dan raja menjadi sandaran untuk menagakkan keadilan. Tapi
kini ayah dan ibuku menghantarkanku pada kematian karena pertimbangan dunia,
jaksa agung telah menjatuhkan vonis dan raja mencari keselamatan dengan menghancurkanku. Selain
Tuhan, tidak ada lagi yang dapat melindungiku.
“Kemana Aku harus lari
dari cengkraman tanganmu? Dan akanku cari keadilan yang bertentangan dengan
kekuasaanmu.”
Lalu, Raja tersentuh. Ia
menangis dan berkata, “Lebih baik Aku binasa daripada menumpahkan darah yang
tidak bersalah.” Raja mencium kepala anak muda itu, memeluknya, dan
memberikannya hadih kepadanya lalu membebaskannya. Dan menurut hikayat, pada
saat itu juga raja sembuh dari penyakitnya.
Referensi:
Jalaluddin Rakhmat : Rekayasa Sosial:
0 komentar:
Posting Komentar