Salah satu ciri khas mereka yang
melampaui manusia pada umumnya Ialah
mereka yang berhasil berbuat sesuatu yang lebih dibandingkan yang lain.
Kehidupan mereka mengisyaratkan hidup senatiasa berbuat dan bekerja. Sekedar berkerja
saja tidak cukup karena pada dasarnya
semua orang bekerja, lalu yang membedakannya apa? Kerja lebih atau lebih sering
disebut kerja keras. Seorang pelajar yang cerdas sesungguhnya seorang pelajar
yang mau belajar lebih giat dari yang lainya. Ketika semua orang
mengatakan Alexander Hamilton adalah
seorang jenius, Ia hanya menyatakan “aku tidak tahu tentang kejeniusan, yang
aku tahu Aku adalah pekerja keras.”
Bukankah sebuah konsekuensi yang logis
dan nyata, siapa yang menanam tentu ia yang memanen. Siapa yang berbuat tentu
akan mendapatkan. Kanjeng Nabi saw.
Sangat mengutuk sekali siapa yang hidupnya menjadi benalu, selalu menyusahkan
orang lain, tidak mandiri. Orang yang
hidupnya seperti itu akan jauh dari rahmat Tuhan. Pernah datang seorang sahabat
yang ahli ibadah datang kepada Rasulullah, lalu menceritakan seluruh hidupnya
dihabiskan untuk ibadah mengenai kebutuhan hidup saudaranyalah yang menanggung
semuanya. Mendengar cerita itu beliau bersabda, bahwa saudaranya yang
menanggung kebutuhan keluarga dia lebih dekat kepada Allah dan dianggap ahli
ibadah daripada dia.
Suatu ketika rasulullah melihat seorang
pekerja yang tangannya kapalan. Beliau mengangkat tangan pekerja itu sambil berkata, “Api neraka tidak akan
membayar tangan ini. Inilah tangan yang disukai Allah dan rasul-Nya. Barang
siapa yang hidup dari payahnya sendiri, niscaya Allah akan melihatnya dengan
pandangan kasih sayang.”Demikian pentingnya bekerja itu sampai
kemudian menjadi jaminan terjauhnya dari api neraka, oleh karena itu tidak ada
alasan untuk tidak bekerja. Bahwa sekeras atau sekasar apapun pekerjaan itu masih lebih baik
daripada nganggur. Karena dengan kita menganggur atau tidak melakukan apa pun
untuk memenuhi hidupmu padahal dalam keadaan mampu-sehat secara lahir, punya
kekuatan.
Bekerja itu sendiri bukan sebatas
memenuhi kebutuhan hidup, kalau hanya sebatas memenuhi kebutuhan hidup- makan,
lalu apa bedanya dengan hewan yang juga
sama sama cari makan. Nah dari sinilah kita harus mulai untuk menghanyati untuk
pa sih kita bekerja kalau toh ujungnya hanya sebatas untuk kepentingan semata.
Imam Ali pun mengatakan anjing-anjing di pasr kuffah juga melakukan hal yang
sama, jika ada tulang mereka makan tetapi jika tidak ada mereka akan bersabar.
Ternyata bekerja bukanlah hanya sebatas
memenuhi kabutuhan perut tetapi lebih dari itu yakni mengangkat nilai manusia
dibandingkan dengan makhluk yang lainya yang sama-sama bekerja untuk memenuhi
keperluanya. Jika seekor kambing mencari
rumput lalu memakanya, kambing itu tidak tahu kalo rumput yang dimakannya
itu masuk ke pekarangan orang lain,
sementara jika dalam bekerja manusia sering masuk mengambil hak orang lain apa
bedanya dengan kambing. Jadi dalam bekerjapun harus tetap mematuhi peraturan
dan jangan sampai melabraknya, karena hal itulah yang membedakan manusia dengan
yang lain. Jadi Gunakanlah logika dalam setiap perkerjaan sebagai barometernya.
Bila saya telah sampai pada suatu tempat, itu
disebabkan karna usaha dan upaya saya, bukan sebuah kebetulan. Napoleon setiap
hari menghabiskan lima jam tidur sisanya ia gunakan untuk bekerja.
Tidak ada alasan
seseorang untuk tidak bekerja selain alasan itu sebuah kemalasan belaka. Sepayah
apapun kita bekerja lebih mulia daripada nganggur. Bergerak dan terus berusaha memperjaungkan keyakinan adalah indikasi
Manusia Tangguh. -Tubagus Salim
Reperensi Gambar: taekwondoindonesianews.wordpress.com
Articel ini dikutip dari buku Inspirasi Sukes dan Bahagia, ditulis oleh Tubagus Salim
1 komentar:
ini memberikan kita pandangan dan pemahaman yang jelas, bahwa kerja keras adalah rumuh utama yang membuat kita bisa meraih apa yang kita ingin kan...
Posting Komentar