Download

Sabtu, 17 Agustus 2013

Pendidikan merangsang KREATIFITAS

Bagaimana jadinya jika sebuah lembaga pendidikan yang menampung banyak siswa, ternyata hanya mengajarkan, rumus-rumus atau teknik-teknik yang memusingkan siswa, bahkan sesuatu yang merangsang kretifitas dianggap sebuah pengajaran yang tak ada gunanya? Tentunya output yang akan dihasilkan oleh pendidikan semacam itu adalah munculnya manusia-manusia kaku, teknis bahkan yang manakutkan adalah munculnya manusia-manusia berwatak robot. 


Bila pendidikan menjadi inspirasi, maka pendidikan akan merangsang dan membangun minat.  Begitu seharusnya proses belajar berlangsung, yang bukan hanya menghasilkan gambar, menghapalkan rumus-rumus,   melainkan memunculkan kegemaran terhadap sesuatu yang pelajari atau suatu keterampilan tertentu. 
 
Inilah yang menyebabkan mengapa belajar itu mengasikkan. Belajar adalah menjelajahi dunia yang selalu baru dan mengasikkan. Dari sana menumbuahkan sikap yang salalu ingin tahu, kecendrungan menemukan dan mencipta, kebiasaan berpikir jernih dan teratur, kemampuan bertukar gagasan dan dengan orang lain.  Jika sudah demikian, maka para siswa sangat dimungkinkan untuk bisa memiliki kemandirian dalam belajar, meleliti dan menemukan temuan-temuan baru.

Penghambat KREATIFITAS
 
Kadang siswa sering dibingungkan dengan istilah-istilah asing. Misalnya saat belajar mengarang. Maka istilah-istilah seperti Deskripsi, eksplansi, resolusi muncul demikian dominan dibandingkan dengan  unsur yang jauh lebih penting dari sekedar tahapan menulis mengarang dengan istlah asing itu. Spontanitas yang seharusnya mencadi pedoman utama dalam menulis atau mengarang seakan terabaikan. Dan jika itu benar terabaikan justru membuat anak tidak  punya spontanitas dalam menulis. Dan tanpa spontanitas bagaimana kreatifitas muncul. 

Mengenai kepribadian, tatakrama dan akhlaq adalah hal yang menjadi jantung dalam proses pendidikan. Tanpa itu, pendidikan belum dikatakan berhasil, sehingga semuanya terfokus  pada perwujudan pribadi anggun dengan keluhuran budi pekertinya. Hanya saja bagaimana agar semua mata pelajaran yang disugguhkan oleh lembaga pendidikan mampu mengarah pada hal itu. 

Mislanya bagaimana   Korelasi antara ilmu pengetahuan  alam dengan akhlaq, ya sudah barang tentu pengetahuan tentang alam dijadikan sebuah refleksi tentang kemahaagungan-Nya sang pencipta, sehingga segala hal apapun yang berhasil ditorehkan oleh pengetahuan akan balik pada memuji keagungan Allah swt Sang Maha Pencipta jagad ini.

Ini yang menarik, bahwa belajar bahasa Indonesia bukan lagi belajar tentang tata berbahasa Indonesia yang baik dan benar, melainkan bahasa digunakan sebagai sarana obsarpasi, bertanya, mengumpulkan informasi, menganalisis dan mengomunisasikan temuan. Inilah saya rasa yang menjadi awal bagaimana memunculkan para intelektul yang mumpuni dibidangnya. Tetapi yang tak kalah pentingnya adalah aspek rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu itu, muncul akibat dari pengembangan kreatifitas.  Mengembangkan kreatifitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk crital mind yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepenjang hayat. Jika bahasa yang menjadi sarana pemperoleh pengetahuan berkombinasi dengan sikap dan rasa ingin tahu yang kuat sebagai ciri khas seorang cindikiawan sajati.

Peran AGAMA
 
Kalau sudah demikian dimana agama mengambil peran? Agama saya rasa selalu memiliki posisi yang strategis dalam upaya membagun masyarakat yang baik dan bermartabat. Agama hadir sebagai suatu yang memberi inspiratif dan membebaskan. Nilai universal yang terdapat dalam ajaran agama, menghadirkan penafsiran beragam tetang teks-teks kitab suci, tentunya memberian angin segar tetang ketebukaan, diaogis dan sikap saling menghargai  berdasarkan perspektif masing-masing. Agama tidak lagi dianggap sebagai sebuah lembaga yang hanya mengurusi prihal halal-haram, melainkan sebuah wadah yang menghadirkan kesejukan dan kedinamisan. 

Aku sangat percaya bahwa kecerdasan adalah anugrah yang diberikan Allah kepda manusia. Hanya saja tingakt kecedasan tiap orang beragam. Semuan itu banyak sebabnya, terutama terkait denga genetik dan pola pendidikan yang didapatkanya. Kecerdasan seseorang tidak akan banyak dikembangkan. Faktor genetik menentukan, tapi yang bisa dikembangkan adalah kreatifitas. Lalu, bagaimana memunculkan kreatifitas itu? Kecerdasan itu bisa dikembangkan atau juga bisa dirangsang lewat banyak hal. Dan seharusnya sekolahan itu adalah tempat bagaimana menumbuhkembangkan kreatifitas itu, agar` jangan sampai seorang anak hilang kreatifnya saat sudah masuk sekolah. Anak yang aktif berubah menjadi pendiam dan pasif.... 


1 komentar:

Tulisannya terlalu kecil, jadi bacanya nggak enjoy. Coba font atau ukuran hurufnya diubah

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More